Pentingnya Adab dan Etika Dibandingkan Ilmu
Peranan Penting Adab Seseorang dibanndingkan Ilmu
Pentingnya Adab dan Etika Dibandingkan Ilmu - Hadratusy Syeikh Hasyim Asy'ari qaddasallahu ruhah menulis dalam kitab risalahnya :
التوحيد يوجب الإيمان فمن لا إيمان له فلا توحيد له والإيمان يوجب الشريعة
فمن لا شريعة له فلا إيمان له ولا توحيد والشريعة توجب الأدب
فمن لا أدب له فلا شريعة له ولا إيمان ولا توحيد
Ketauhidan Menetapkan pada keimanan, Maka barang siapa yang tidak mempunyai iman, berarti dia tidak mempunyai ketauhidan.
Dan iman itu mewajibkan berlaku sesuai syariah.
Maka barang siapa yang tidak berlaku sesuai dengan syariah, berarti dia tidak mempunyai iman dan tidak pula memiliki tauhid. Lalu syariah mewajibkan seseorang untuk beradab,
Maka barang siapa yang tidak beradab, berarti dia tidak berprilaku sesuai dengan syariah, dan orang tersebut dinilai tidak memilki iman dan tauhid yang sempurna.
Subhanallah, Adab adalah penentu kebaikan bagi seseorang. Apalah guna memiliki ilmu setinggi langit, namun tidak memiliki etika dan adab kepada orang tua, guru dll, sungguh ilmu yang dia miliki tidaklah manfaat.
Para ulama salaf memberikan sebuah kaedah yang berbunyi "Al adabu fauqo al ilmi (adab "etika" berada diatas ilmu). Artinya bahwa Adab lebih didahulukan daripada ilmu
Imam Ibnul Mubarak berkata:
تعلمت الأدب ثلاثين سنة، وتعلمت العلم عشرين سنة
Wahai para sahabat, cobalah kalian lihat orang-orang yang mulia ini, beliau adalah orang-orang yang berpengetahuan tinggi akan tetapi adabnya juga tinggi dan merekan saling rendah hati, tidak merasa sebagai oranag paling segalanya.
Karena itulah para ulama salafus shalih selalu mengajarkan kepada kita betapa orang yang beradab atau beretika adalah tanda akan dalamnya ilmu pengetahuan dan tawadhu'nya seseorang.
عَنْ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ مَرَّ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ نِعْمَ الْفَتَى غُضَيْفٌ. فَلَقِيَهُ أَبُو ذَرٍّ فَقَالَ أَىْ أُخَىَّ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ أَنْتَ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنْتَ أَحَقُّ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِى. فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ نِعْمَ الْفَتَى غُضَيْفٌ. وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ضَرَبَ بِالْحَقِّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ ». قَالَ عَفَّانُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ يَقُولُ بِهِ
Ghudhoif meneruskan ceritanya: Setelah peristiwa itu aku berjumpa dengan shahabat Abu Dzar, beliau berkata kepadaku : “Wahai saudaraku mintakanlah ampun untukku kepada Allah”.
Ghudhoif menjawab : “Engkau adalah shahabat Rasul yang terpandang, engkaulah yang lebih pantas berdo’a dan memintakan ampun kepada Allah buatku”.
Abu Dzar menjawab : Sungguh aku mendengar Umar berkata : “Sebaik-baik pemuda adalah Ghudhoif”, sedangkan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam : “Sesungguhnya Allah meletakkan kebenaran pada lisan dan hati Umar” (HR. Ahmad dan Imam Hakim dalam Al Mustadrak dan beliau menyatakan hadits ini shahih atas persyaratan Bukhari dan Muslim, Muhtashor Tarikh Dimasyq juz 6 hal 247)
Sahabat,... mau jadi apa saja dan belajar apa saja kita ini hal itu sungguh tidak dilarang, akan tetapi jangan kita lupa belajar tentang bab etika dan Adab.
Diriwayatkan dari Musa bin Nushair, beliau berkata: “Aku mendengar Isa bin Hammad menasehati para pelajar ilmu hadits:
تعلموا الحلم قبل العلم
“belajarlah kalian semua akan kerendahan hati dan sikap lemah lembut sebelum kalian belajar ilmu.”
Wallohu alam.